Nasi putih terhidang di meja kita
Santap tiap hari
Beraneka ragam hasil bumi dari manakah datangnya
Dari sawah dan ladang disana
Petanilah penanamnya
Panas terik tak dirasa, hujan rintik tak mengapa
Masyarakat butuh bahan pangan
Terima kasih bapak tani
Terima kasih ibu tani
Tugas anda sungguh mulia
Lagu ini menggambarkan sosok petani yang tidak mengenal lelah pada saat cuaca panas, hujan untuk bercocok tanam di sawah dan ladang guna menghasilkan bahan pangan untuk dikonsumsi oleh kita. Sebagai rasa terima kasih kita kepada petani, pernahkan dalam benak kita terpikir bagaimana nasib petani kita hari ini.
Setiap saya membaca atau mendengar berita tentang petani tidak selalu menggembirakan malahan sebaliknya selalu menyedihkan. Mahalnya harga pupuk dan kelangkaan pupuk di musim tanam, harga eceran gabah lebih rendah dari biaya produksi, atau petani yang terlilit hutang pada tengkulak. Belum lagi ganguan dari alam seperi hama padi, bencana banjir dan musim kemarau.
Sebagai orang awam saya kadang bertanya, mengapa pemerintah kita lebih cenderung menjadikan negeri ini sebagai negeri industri dibandingkan dengan pertanian. Berdirinya pabrik-pabrik telah menggurangi sebagian lahan pertanian. Bank lebih senang memberikan kredit kepada industri dan property. Begitupun dengan pendidikan, lebih mengedepankan kebutuhan industri dibandingkan dengan pertanian. Akibatnya anak-anak sekarang lebih baik berlumuran oli dibandingkan berlumuran lumpur sawah.
Akibat industriliasi yang tidak pada tempatnya, lahan-lahan subur berkurang, pencemaran lingkungan bertambah, hasil panen pun jauh dari yang diharapkan. Akhirnya tanah yang dahulu subur pun dijual untuk kepentingan industri. Anak-anak kita pun makan beras impor. Padahal kwalitas beras kita bisa lebih baik apabila kita mau mengelolanya dengan sungguh-sungguh.
Kita sering mendengar ungkapan tikus mati di lumbung padi, begitupun dengan para petani kita, sedikit demi sedikit mulai beralih profesi menjadi juragan kamar-kamar kontrakan karyawan, calo tanah, pedagang, satpam pabrik, atau buruh pabrik, padahal tanah kita ini sangat subur Kalau saja pemerintah mau lebih memperhatikan nasib para petani?
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2010/05/24/petani-yang-hampir-mati/-12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar