Senin, 12 April 2010

gagal mendapatkan pekerjaan , malah jadi pengusaha

Monday, 12 April 2010
TEKAD BERBISNIS, Doni Alferi sedang mengerjakan kaca grafir. Tekad bulat berwirausaha menjadi modal Doni menjalankan bisnis.

Gagal mendapatkan pekerjaan,tapi malah menjadi pengusaha sukses bidang seni kaca grafir.Itulah jalan hidup Doni Alferi.

PADA 1998, Doni menyelesaikan studinya di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi dan Perbankan Padang, Sumatera Barat.Sebagaimana kebanyakan sarjana yang baru lulus, Doni pun berupaya mencari pekerjaan. Puluhan surat lamaran dia sebar ke sejumlah perusahaan, baik nasional maupun lokal, dengan harapan ada salah satu yang menerimanya. Doni berharap mendapatkan pekerjaan secepatnya selepas menyelesaikan kuliah.

Dia merasa harus membalas budi orang tua yang telah membiayainya.Apalagi, Doni termasuk sosok yang tak suka lama-lama menganggur. Enam bulan pertama belum mendapat panggilan, Doni masih tenang. Memasuki bulan kedelapan belum juga mendapat pekerjaan, hati pria kelahiran 1973 tersebut mulai gelisah. ”Tapi saya masih nyantaisaat itu,”kenangnya. Setelah setahun lewat belum juga mendapat kerja,kegelisahan mulai bertambah.

Menyandang status sarjana yang masih menganggur begitu membebaninya. Rasa frustrasi pun mulai menghinggapi. ”Teman-teman saya seangkatan banyak yang sudah mendapat pekerjaan, tapi saya kok belum,” ujarnya. Tak mau hanya berpangku tangan menanti belas kasih pihak lain, Doni pun memasang target pribadi. Kalau hingga tahun 2000 belum mendapat pekerjaan, dia akan memilih berwiraswasta saja meski saat memutuskan pilihan tersebut dia belum tahu bidang usaha yang bakal digeluti.

Entah karena garis nasibnya memang mesti menjadi pengusaha, hingga tahun 2000 pekerjaan pun belum didapat.Janji pada diri sendiri yang pernah diucapkannya pun harus ditepati. ”Karena saya sudah membulatkan tekad tahun 2000 sebagai tahun perubahan nasib,begitu saya belum mendapatkan pekerjaan juga di tahun tersebut,saya benarbenar memutuskan berwiraswasta,” terangnya.

Maka, dimulailah sebuah perjalanan anak muda Padang yang gagal mendapat kerja untuk kemudian menjadi seorang wiraswasta. Pada tahun 2000 Doni lalu mengontrak sebuah bangunan di Jalan Hamka,Padang. Bermodal tekad dan keyakinan dia pun mulai mewujudkan cita-citanya. Di tempat itulah dia kemudian mendapat ide untuk membuka usaha kaca grafir. Pertimbangannya, di Padang, belum ada orang yang menggarap kaca hias berharga mahal ini.

Setelah membaca ihwal bisnis ini dari sejumlah literatur, Doni pun berangkat ke Jakarta untuk magang di sebuah pabrik kaca grafir. Magang di Jakarta menjadi salah satu proses awal yang mesti ditempuh Doni. Menurutnya, menaklukkan Jakarta merupakan salah satu jalan mengasah mental selain lebih mendalami seluk-beluk bisnis grafir mengingat seni kerajinan ini di Ibu Kota memang telah berkembang pesat.

Selama di Jakarta, Doni ikut bekerja pada salah satu pengusaha kaca grafir yang kebetulan dikenalnya. Selama menimba ilmu di Jakarta, Doni mengaku tak memikirkan apakah dia dibayar atau tidak.Terpenting, kata Doni, dia mendapat pengalaman,mulai dari pengadaan bahan baku, proses produksi hingga pemasaran. Merasa bekal uang didapatnya sudah cukup, dia pun kembali ke Padang dan memberanikan diri membuka Kinabalu Glass.

Kinabalu Glass adalah perwujudan cita-cita Doni memiliki usaha di bidang kaca grafir. Saat-saat awal memulai usaha, Doni mengaku semuanya masih serbaterbatas. Modal terbatas, pengalaman belum seberapa, termasuk alat produksi yang dipakai pun masih sederhana. Memotong kaca dan menyemprotkan cat masih dilakukan secara manual. Pasokan bahan baku utama berupa kaca patri diperolehnya dari seorang pedagang di Jakarta.

“Kalau bahan lain seperti kaca limbah, stainless steel, dan timah bisa diperoleh di Padang,” katanya. Karena usahanya tergolong masih baru di Padang, Kinabalu Glass belum begitu dikenal.Demi mendapatkan konsumen,Doni turun gunung mencari sekaligus meyakinkan pembeli. Pesanan pun belum banyak yang datang. Doni mengatakan,di saat itu,dia benarbenar mendapat ujian berat.

”Kontrakan tetap harus dibayar, sementara pesanan belum banyak. Hanya tekad dan semangat yang membuat saya terus bertahan,” ungkapnya. Namun seiring dengan waktu, usahanya mulai dikenal luas masyarakat Padang.Melalui penetrasi pasar dan displai barang yang di ruko yang dikontraknya,Kinabalu Glass mendapat respons positif dari masyarakat Padang. Permintaan pasar pun mulai banyak.

Seiring dagangannya yang mulai laris, omzet Kinabalu pun naik.Per bulannya tak kurang dari Rp100 juta mampu didapat Kinabalu Glass. Umumnya permintaan pasar datang dari perhotelan dan perumahan.Tidak hanya dari wilayah Padang, pesanan juga datang dari kota-kota lain di Sumatera Barat, Jambi, Pekanbaru, dan Bengkulu. Dari sebuah tekad dan keyakinan, usaha Doni kini berkembang pesat.

Doni kini memiliki sebuah bengkel dan dua ruang pamer. Dengan mempekerjakan 16 karyawan, rata-rata produksi Kinabalu setiap bulannya mencapai 20 meter persegi. Sebagai produk kreatif yang digarap oleh sebuah usaha kecil,angka produksi ini sudah tergolong lumayan besar. Demi memuaskan para konsumen, Doni selalu membuat desain baru sesuai dengan pesanan pembeli.

Produknya pun tidak hanya terbatas pada kaca jendela dan pintu, melainkan juga kaca untuk perabot rumah tangga seperti meja dan lampu hias. Karena desain produknya dibuat sesuai pesanan, harga jual yang dipasang variatif, antara Rp1,5 juta hingga Rp6,5 juta per meter persegi.“Tergantung pada tingkat kerumitannya,”kata Doni. Dari harga yang dipasang untuk setiap meter kaca produksinya, Doni mengaku bisa memetik keuntungan sebesar 25–40%.

Maka, wajar jika dalam enam tahun pertama berusaha, lelaki ini sudah mampu membeli sebuah rumah dan mobil. Ke depan, Doni berharap bisa membangun pabrik peleburan limbah kaca yang produknya bisa dipakai untuk kaca grafir. Kalau rencana ini terealisasi, ketergantungan pada pasokan kaca dari Jakarta bisa dilepaskan.

Demi mewujudkan rencana ini, Doni mengaku akan kembali memanfaatkan jasa kredit dari Bank Negara Indonesia (BNI).Doni mengaku sebelumnya juga sudah menerima bantuan modal dari BNI senilai Rp65 juta pada saat mengawali usahanya.“Sayang kalau tidak sampai terlaksana karena usaha ini memiliki prospek yang cerah,”katanya. (sugeng wahyudi)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar