Jumat, 16 April 2010

Ketika Logika dan Emosi Berbicara

Ketika Logika dan Emosi Berbicara
Saturday, 10 April 2010
ImageWAKTU tidak pernah berhenti berputar,begitu juga di industri mode. Bakat-bakat baru dan kehadiran desainer muda menjadi cara fashion beregenerasi,melahirkan the next generationyang akan membawa dunia fashionke level yang lebih tinggi.


Nama-nama seperti Stella Rissa, Mel Ahyar, Jeffery Tan, Andreas Odang, Barli Asmara, dan duo desainer SeaM,Yosafat Dwi Kurniawan dan Krista Rompas telah membuktikan bahwa industri fashion Indonesia memiliki bakatbakat muda yang layak diperhitungkan. Kinihadirlagisatudesainer pendatang baru yang berani menggebrak ranah mode dengan konsep berbeda,Dian Adriani Jusuf.

Layaknya Stella Rissa yang ”membuka” jalannya di dunia mode Tanah Air dengan menggelar fashion show tunggal beratapkan bintang di Taman Menteng, Dian merilis label pret-a-porter deluxe bertajuk Adriani.Dian menunjukkan keseriusannya berkiprah di jalur mode dengan menggelar pertunjukkan tunggal spektakuler di Ballroom Hotel Mulia Senayan. Tidak hanya melalui fashion show eksklusif, Dian juga telah mempersiapkan labelnya dari segi bisnis dengan bergerak di jalur ready-to-wear ketimbang busana eksklusif bertipe pesanan atau custom made yang saat ini sudah banyak digarap desainer domestik.

Koleksi Adriani sudah bisa ditemui di Butik kompilasi Gaya The Designer’s Corner di Plaza Indonesia, sementara lini sekundernya LILOU,yang lebih bergerak di ranah casualdan etnik,telah dijual di Alun-Alun Indonesia. ”Busana siap pakai itu menarik karena effortless,sekali pakai baju, tidak rumit, kita langsung berangkat. Saya juga melihat pada diri sendiri yang tidak suka dibalut busana rumit, seperti korset, misalnya,” ujar wanita kelahiran 8 Mei 1982.

Tidak hanya menunjukkan kesiapannya untuk bersaing di pasar mode domestik, Dian juga mempersembahkan konsep baru dunia desain dengan menghadirkan modernisasi gaya.Tidak lagi menggunakan bling-bling, payet, serta manik yang sudah mulai jenuh di pasaran,Dian justru lebih banyak bermain cutting,siluet serta kombinasi bahan untuk mencipta tampilan keseluruhan yang berbeda. Adapun,tema Logic & Emotion yang dihadirkan Dian merupakan interpretasi sudut pandangnya akan wanita modern Indonesia hari ini.

”Saya melihat, wanita modern masa kini mampu mengorganisasi seluruh emosinya di tengah kesibukan beraktivitas, baik pekerjaan rumah tangga maupun di luar rumah. Wanita bagaikan memiliki arsitek, pengontrol, penjadwal waktu dan penyaring di dalam pikirannya. Semua itu memerlukan keteraturan dan kekuatan logika dan di saat yang sama wanita memiliki curahan emosi,” terangnya saat konferensi pers sebelum pergelaran.

Di mata Dian,wanita memiliki keahlian untuk tetap bersikap logis, meski emosi sedang berkecamuk. Kontradiksi itulah yang membuka kotak kreativitasnya dalam mempersiapkan koleksi pertunjukkan tunggalnya itu. ”Saya kagum pada karakter bertolak belakang yang terdapat dalam diri wanita dan itu yang coba saya tangkap dalam koleksi ini,” papar wanita yang pernah menjadi asisten perancang Felipe Oliviera Baptista dan Gilles Blanchard itu.

Kekuatan konstruksi memang terlihat jelas pada setiap rancangan Dian yang memiliki porsi seimbang untuk sentuhan maskulin dan feminin. Dian pun konsisten dalam bermain struktur, dengan menghadirkan karakter maskulin, detil lipit serta garis sambungan yang diasosiasikannya dengan kekuatan logika wanita. Sementara sisi emosional diperlihatkan melalui permainan draperi serta penggunaan bahan lembut dan mengalir layaknya sifon, sutera, serta satin.

”Draperi serta bahan-bahan lembut merupakan ungkapan emosi dan elegansi wanita,sementara garis dan karakter maskulin adalah sisi logis wanita,” papar alumni L’Institut Superieur des Arts Apliquees,Paris,ini. Tidak hanya menghadirkan dua sisi karakter wanita, Dian juga sempat ”menyuntikkan”unsur dramatis dalam pertunjukkan tunggal perdananya.

Aksi Violist Maylaffayza yang membuka pergelarannya mampu memompa adrenalin sekaligus menggelitik rasa penasaran tamu undangan.Hal itu juga menjadi ”penawar” rasa jenuh yang sempat hinggap karena pertunjukkan yang tidak tepat waktu. Pengamat mode Muara Bagdja menyambut baik kedatangan Dian ke belantika mode Tanah Air. ”Desainer muda itu perlu untuk melanjutkan perjalanan industri mode di Indonesia dan regenerasi itu sangat penting untuk substansi industri ini,”jelas Muara.

Sementara untuk Adriani, Muara mengatakan, Dian memiliki kekuatan konsep dan visi desain yang lebih modern. ”Menurut saya, label Adriani memiliki dua hal yang menarik, yakni Dian adalah bagian dari gelombang baru desainer-desainer baru Indonesia yang terus menggulirkan dunia mode yang terus berkembang.

Juga, bahwa ia meluncurkan koleksi siap pakainya ini dalam bentuk yang eksklusif, dalam arti dengan jumlah terbatas, dan tidak massal,” terang Muara. ”Satu hal yang membuat desainer muda menarik untuk diperhatikan adalah karena mereka memiliki idealisme tinggi yang memacu mereka untuk terus berkreasi, dan saya lebih proidealisme daripada komersial karena kreativitaslah yang sebenarnya memajukan mode,” pungkasnya.(lesthia kertopati)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar